Battered Child Syndrome
-
Robi Maulana - 12 Nov, 2022
Definisi dari Battered Child Syndrome
Battered child syndrome adalah kondisi medis yang menggambarkan cedera fisik dan psikologis yang diakibatkan oleh penganiayaan dan kekerasan berulang terhadap anak. Sindrom ini pertama kali diidentifikasi pada 1962 oleh Dr. C. Henry Kempe dan koleganya, yang menemukan pola cedera yang tidak sesuai dengan penjelasan kecelakaan biasa.
Definisi Battered Child Syndrome menurut para ilmuwan
Menurut Dr. C. Henry Kempe
Kempe (1962) mendefinisikan battered child syndrome sebagai kumpulan tanda dan gejala yang mencerminkan penganiayaan fisik berulang pada anak, termasuk cedera tulang, memar, luka bakar, dan trauma lainnya.
Menurut John E. B. Myers
Myers (2008) menekankan bahwa battered child syndrome tidak hanya mencakup cedera fisik tetapi juga dampak psikologis jangka panjang, termasuk gangguan kecemasan, depresi, dan gangguan stres pascatrauma.
Menurut Vincent J. Fontana
Fontana (1984) menggambarkan pentingnya identifikasi dini dan intervensi dalam kasus battered child syndrome untuk mencegah kerusakan lebih lanjut dan memberikan perlindungan bagi anak-anak yang rentan.
Menurut Richard D. Krugman
Krugman (1997) menyoroti bahwa evaluasi medis dan hukum harus bekerja sama dalam mendeteksi dan menanggapi kasus-kasus battered child syndrome, memastikan bahwa anak-anak menerima perawatan medis yang diperlukan dan pelaku diadili.
Menurut Jill E. Korbin
Korbin (2003) menekankan bahwa faktor budaya dan sosial juga memainkan peran penting dalam pemahaman dan penanganan battered child syndrome, mengingat variasi dalam definisi penganiayaan dan respons terhadap kasus-kasus ini di berbagai komunitas.
Contoh kasus
Kasus A
Seorang anak berusia 5 tahun dibawa ke rumah sakit dengan patah tulang yang tidak konsisten dengan penjelasan orang tua mengenai kecelakaan kecil, menunjukkan tanda-tanda penganiayaan berulang.
Kasus B
Anak berusia 8 tahun yang sering mengalami memar dan luka bakar yang tidak dapat dijelaskan oleh kecelakaan normal, mencurigakan adanya penganiayaan fisik di rumah.
Kasus C
Remaja berusia 14 tahun mengalami gejala depresi berat dan kecemasan setelah bertahun-tahun mengalami kekerasan fisik dan emosional dari orang tua mereka.
Kasus D
Bayi berusia 1 tahun yang ditemukan memiliki trauma kepala serius yang tidak sesuai dengan penjelasan cedera yang diberikan oleh pengasuh, menunjukkan tanda-tanda shaken baby syndrome sebagai bentuk battered child syndrome.
Istilah terkait
- Child Abuse
- Neglect
- Shaken Baby Syndrome
- Domestic Violence
FAQs mengenai Battered Child Syndrome
Apa itu battered child syndrome? Battered child syndrome adalah kondisi medis yang mencakup cedera fisik dan psikologis akibat penganiayaan berulang terhadap anak.
Siapa yang pertama kali mengidentifikasi battered child syndrome? Dr. C. Henry Kempe dan koleganya pertama kali mengidentifikasi battered child syndrome pada tahun 1962.
Apa saja tanda-tanda battered child syndrome? Tanda-tanda termasuk patah tulang, memar, luka bakar, dan trauma lainnya yang tidak sesuai dengan penjelasan kecelakaan biasa.
Bagaimana dampak psikologis dari battered child syndrome? Dampak psikologis dapat mencakup gangguan kecemasan, depresi, gangguan stres pascatrauma, dan masalah perilaku lainnya.
Apa peran evaluasi medis dalam kasus battered child syndrome? Evaluasi medis penting untuk mendeteksi cedera fisik yang menunjukkan penganiayaan berulang dan memastikan anak menerima perawatan yang diperlukan.
Bagaimana faktor budaya mempengaruhi pemahaman tentang battered child syndrome? Faktor budaya dapat mempengaruhi definisi penganiayaan dan respons terhadap kasus-kasus ini, dengan variasi dalam persepsi dan penanganan di berbagai komunitas.
Apa yang dapat dilakukan untuk mencegah battered child syndrome? Pencegahan dapat melibatkan edukasi orang tua, dukungan sosial, intervensi dini, dan kebijakan perlindungan anak yang kuat.
Apa itu shaken baby syndrome dalam konteks battered child syndrome? Shaken baby syndrome adalah bentuk battered child syndrome di mana bayi mengalami trauma kepala serius akibat diguncang dengan kasar.
Bagaimana peran hukum dalam menangani kasus battered child syndrome? Hukum memainkan peran penting dalam memastikan pelaku penganiayaan dihukum dan anak-anak yang menjadi korban dilindungi.
Apa yang harus dilakukan jika mencurigai adanya kasus battered child syndrome? Jika mencurigai adanya kasus battered child syndrome, penting untuk melaporkannya kepada otoritas yang berwenang untuk investigasi lebih lanjut dan intervensi.
Referensi Battered Child Syndrome
- Kempe, C. H., Silverman, F. N., Steele, B. F., Droegemueller, W., & Silver, H. K. (1962). The Battered-Child Syndrome. JAMA, 181(1), 17-24.
- Myers, J. E. B. (2008). Child Protection in America: Past, Present, and Future. Oxford University Press.
- Fontana, V. J. (1984). Some Considerations of the Battered Child Syndrome. Child Abuse & Neglect, 8(1), 3-8.
- Krugman, R. D. (1997). Fatal Child Abuse and Neglect. The Lancet, 349(9062), 25-29.
- Korbin, J. E. (2003). Child Abuse and Neglect: Cross-Cultural Perspectives. University of California Press.
- Dubowitz, H., & DePanfilis, D. (2000). Handbook for Child Protection Practice. SAGE Publications.
- Pomeroy, E. C., & Nonaka, A. M. (2011). Child Welfare for the Twenty-First Century: A Handbook of Practices, Policies, and Programs. Columbia University Press.
- Gilbert, R., Widom, C. S., Browne, K., Fergusson, D., Webb, E., & Janson, S. (2009). Burden and Consequences of Child Maltreatment in High-Income Countries. The Lancet, 373(9657), 68-81.
- Finkelhor, D. (1994). Current Information on the Scope and Nature of Child Sexual Abuse. The Future of Children, 4(2), 31-53.
- Daro, D. (1993). Child Maltreatment Research: Implications for Program Design. Prevention Researcher, 5(3), 1-9.