Mengenal Binge Eating Disorder dan Penanganannya
-
Robi Maulana - 28 May, 2025
Binge eating adalah bentuk makan berlebihan di mana seseorang mengonsumsi makanan dalam jumlah besar dalam periode waktu singkat (misalnya, dalam satu atau dua jam). Selama episode ini, mereka merasa kehilangan kendali dan tidak bisa berhenti makan. Durasi binge dapat bervariasi, membuat sulit untuk menentukan frekuensinya dalam sehari.
Binge eating sering kali terjadi tanpa rasa lapar dan ditandai dengan makan sangat cepat, makan sendirian (karena merasa malu), serta perasaan negatif yang kuat seperti rasa bersalah, malu, dan depresi setelahnya. Umumnya, episode binge baru berakhir ketika semua makanan yang diinginkan habis atau ketika orang tersebut merasa terlalu kenyang untuk melanjutkan.
Meskipun binge eating adalah gejala dari bulimia nervosa, keduanya berbeda. Pada bulimia nervosa, terdapat perilaku untuk membuang makanan (seperti berpuasa, olahraga berlebihan, atau menggunakan obat pencahar dan memuntahkan makanan), sedangkan perilaku ini umumnya tidak ada pada orang dengan binge eating. Binge eating juga bisa terjadi pada anorexia nervosa.
The Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM-IV) mengategorikan binge eating sebagai bagian dari gangguan makan yang tidak terklasifikasi. Namun, binge eating disorder sedang dipertimbangkan sebagai kategori diagnostik terpisah setelah studi lebih lanjut.
Gejala dan Penanganan
Episode binge eating dapat dipicu oleh emosi negatif yang kuat, seperti depresi atau kecemasan, atau perasaan stres dan tegang yang tidak jelas. Tindakan bingeing tampaknya meredakan perasaan tidak nyaman ini untuk sementara, dan orang yang mengalaminya sering menggambarkan diri mereka sebagai “mati rasa” atau “melayang” saat melakukannya. Beberapa orang melaporkan bahwa binge berhubungan dengan “makanan pemicu” tertentu, biasanya karbohidrat. Namun, terlepas dari pemicunya, perasaan makan tanpa bisa mengendalikan diri adalah pengalaman yang menakutkan bagi banyak orang. Setelah episode binge, biasanya muncul perasaan jijik pada diri sendiri, depresi, dan kecemasan yang luar biasa.
Meskipun orang yang mengalami binge eating memiliki risiko tinggi untuk menjadi overweight, ada perbedaan penting antara obesitas biasa dan binge eating. Mereka yang mengalami binge eating jauh lebih mungkin melaporkan masalah mood yang signifikan, terutama depresi, dan ketidakpuasan yang lebih besar terhadap berat dan bentuk tubuh mereka dibandingkan dengan orang obesitas pada umumnya. Mereka juga lebih cenderung melaporkan masalah pribadi dan kesulitan kerja, serta lebih hipersensitif terhadap pemikiran dan pendapat orang lain. Seperti penderita bulimia nervosa, mereka juga memiliki kemungkinan lebih tinggi untuk didiagnosis dengan depresi mayor, gangguan terkait zat, dan gangguan kepribadian, namun tingkat pemulihan untuk binge eating disorder sebenarnya lebih baik daripada bulimia.
Binge eating tidak umum di kalangan masyarakat umum, tetapi sangat lazim di klinik penurunan berat badan, di mana sebanyak setengah dari pesertanya mungkin memenuhi deskripsi ini. Masalah binge eating dialami oleh pria maupun wanita, namun tingkat kejadiannya 1,5 kali lebih besar pada wanita. Usia awal gangguan ini biasanya dimulai pada masa remaja hingga dewasa muda dan sering ditandai dengan riwayat panjang diet yang berulang.
Seperti halnya gangguan makan lainnya, mengidentifikasi penyebab spesifik binge eating sulit dilakukan. Karena banyak orang melaporkan kelegaan dari kondisi mental yang tidak nyaman saat bingeing, perilaku ini menawarkan kelegaan emosional jangka pendek, sehingga cenderung diulang. Beberapa peneliti mempertimbangkan pengaruh genetik dan variabel kepribadian. Yang lain berpendapat bahwa “budaya kurus” di masyarakat barat berkontribusi pada kecenderungan evaluasi diri yang keras yang sering dialami oleh penderita binge eating, yang kemudian beralih ke makanan sebagai penghibur.
Saat ini, pendekatan penanganan paling efektif untuk mengurangi insiden binge eating tampaknya adalah Cognitive-Behavioral Therapy (CBT). Tujuan terapi ini adalah mengembangkan keterampilan untuk mengatasi stres emosional secara efektif, alih-alih mencoba mematikan atau menyamarkan perasaan yang mengganggu. CBT berfokus pada membantu individu untuk mengurangi perilaku binge eating dengan mengenali hubungan antara pikiran dan perilaku, serta mengubah perilaku dengan mengubah pola pikir negatif. Penelitian lanjutan menunjukkan hasil yang sangat menjanjikan, dengan dokumentasi penurunan gejala depresi dan kemungkinan penurunan berat badan yang sehat seiring dengan individu mencapai kontrol yang lebih baik atas perilaku makan.