Formation Concept

Formation Concept

Pembentukan Konsep adalah proses pembelajaran di mana item-item dikelompokkan dan saling terkait satu sama lain. Sebuah konsep adalah generalisasi yang membantu mengorganisir informasi ke dalam kategori. Misalnya, konsep “persegi” digunakan untuk menggambarkan benda-benda yang memiliki empat sisi sama panjang dan empat sudut siku-siku. Dengan demikian, konsep ini mengategorikan benda-benda yang memenuhi persyaratan tersebut. Cara anak-anak belajar konsep telah dipelajari dalam situasi eksperimen menggunakan konsep-konsep buatan seperti “persegi.” Sebaliknya, konsep-konsep nyata atau alami memiliki fitur karakteristik daripada fitur definisi. Misalnya, burung robin akan menjadi contoh prototipikal atau “baik” dari konsep “burung.” Penguin kurang memiliki fitur definisi penting dari kategori ini—terbang—dan karena itu bukan contoh yang sekuat “burung.” Demikian pula, bagi banyak anak, konsep “rumah” mewakili struktur berbentuk kotak dengan dinding, jendela, dan cerobong asap yang menyediakan perlindungan. Dalam perkembangan berikutnya, konsep anak tentang rumah akan diperluas untuk mencakup contoh yang tidak biasa, seperti “teepee” atau “igloo,” yang keduanya memiliki beberapa tetapi tidak semua karakteristik prototipikal yang telah dipelajari anak-anak untuk konsep ini.

Konsep alami sering kali dipelajari melalui penggunaan prototipe, yaitu contoh kategori yang sangat khas—seperti robin yang disebutkan di atas. Metode utama lainnya untuk pembelajaran konsep adalah melalui metode coba-coba pengujian hipotesis. Orang akan menebak atau menganggap bahwa item tertentu adalah contoh dari konsep tertentu; mereka kemudian mempelajari lebih lanjut tentang konsep tersebut ketika mereka melihat apakah hipotesis mereka benar atau tidak.

Orang belajar konsep sederhana lebih mudah daripada konsep kompleks. Misalnya, konsep yang paling mudah dipelajari adalah konsep dengan hanya satu fitur definisi. Selanjutnya, yang paling mudah adalah konsep dengan banyak fitur, yang semuanya harus ada di setiap kasus, dikenal sebagai konsep konjungtif. Dalam konsep konjungtif, semua atribut yang diperlukan harus ada. Misalnya, konsep persegi didefinisikan oleh empat sisi dan empat sudut 90 derajat. Lebih sulit untuk menguasai konsep disjunktif, ketika salah satu fitur atau fitur lainnya harus ada. Orang juga belajar konsep lebih mudah ketika mereka diberikan contoh positif daripada contoh negatif dari konsep tersebut (misalnya, ditunjukkan apa itu daripada apa itu tidak).

Referensi Mengenai Concept Formation

  • Bruner, J. S. (1966). Studies in Cognitive Growth: A Collaboration at the Center for Cognitive Studies. New York: Wiley.
  • Ginsburg, H., & Opper, S. (1988). Piaget’s Theory of Intellectual Development (3rd ed.). Englewood Cliffs, NJ: Prentice-Hall.
  • Lee, V., & Das Gupta, P. (Eds.). (1995). Children’s Cognitive and Language Development. Cambridge, MA: Blackwell Publishers.
  • McShane, J. (1991). Cognitive Development: An Information Processing Approach. Oxford, Eng.: B. Blackwell.
  • Piaget, J., & Inhelder, B. (1958). The Growth of Logical Thinking from Childhood to Adolescence. New York: Basic Books.
  • Sameroff, A. J., & Haith, M. M. (Eds.). (1991). The Five to Seven Year Shift: The Age of Reason and Responsibility. Chicago: University of Chicago Press.