Tiga Koneksi untuk Rahasia Hidup Bahagia
- 28 May, 2025
Apa kamu merasa sudah menjalani hidup yang baik, tapi masih ada sesuatu yang kurang? Mungkin kamu sudah berhasil di karier, punya banyak teman, atau bahkan sudah traveling ke tempat-tempat keren. Tapi, ada kalanya, kita merasa hampa. Pernah kayak gitu nggak?
Itu artinya kamu belum flourish.
Flourishing dalam psikologi kepribadian itu beda dari sekadar “bahagia” yang cuma datang sesaat.
Flourishing, atau berkembang secara optimal, itu tentang merasakan kesejahteraan yang mendalam dan menyeluruh. Ini bukan cuma tentang merasa senang, tapi juga tentang punya tujuan hidup, hubungan yang bermakna, dan terus tumbuh sebagai individu.
Nah, salah satu fondasi utama untuk mencapai kesejahteraan sejati ini adalah dengan membangun koneksi yang kuat.
Berdasarkan studi yang dimuat dalam Frontiers in Psychology pada tahun 2023, ada tiga jenis koneksi esensial yang kita butuhkan untuk benar-benar berkembang dalam hidup.
Koneksi ini nggak cuma membentuk karakter dan kepribadian kita, tapi juga memengaruhi cara kita melihat dan merasakan dunia.
Apa aja tuh?
Koneksi dengan Diri Sendiri: Memahami Kepribadian Kamu
Flourishing dimulai dari hal yang paling fundamental, yaitu koneksi dengan diri sendiri.
Gimana caranya kamu bisa terhubung dengan dunia luar kalau kamu nggak kenal sama diri kamu sendiri?
Studi psikologi kepribadian menekankan pentingnya cinta diri sebagai prediktor kuat untuk mencapai kesejahteraan. Tapi, cinta diri di sini nggak sama dengan narsis atau egois.
Para peneliti dalam studi lain yang diterbitkan di The Humanistic Psychologist (2023), mengklarifikasi bahwa cinta diri itu terdiri dari tiga komponen penting.
Pertama, kontak diri. Ini berarti kamu peka sama diri kamu, tahu apa yang kamu butuhkan dan rasakan. Kedua, penerimaan diri. Ini tentang berdamai dengan siapa diri kamu, termasuk kekurangan dan ketidaksempurnaan. Nggak ada manusia yang sempurna, dan itu nggak apa-apa. Terakhir, perawatan diri. Ini adalah tindakan nyata untuk menjaga dan melindungi kesejahteraan kamu, baik fisik maupun mental.
Saat kamu menguasai ketiga komponen ini, kamu nggak akan bergantung pada validasi dari orang lain. Kamu punya stabilitas batin yang bikin kamu lebih tangguh. Studi dari Frontiers in Psychology juga menemukan bahwa orang yang punya level cinta diri lebih tinggi cenderung melaporkan kesejahteraan yang lebih baik. Ini karena banyak elemen dari flourishing, seperti ketahanan, pertumbuhan pribadi, dan rasa damai dalam hidup, berasal dari fondasi cinta diri yang kuat.
Untuk membangun koneksi ini, kamu bisa coba hal-hal sederhana. Coba luangkan waktu setiap hari untuk bertanya pada diri sendiri, “Gimana perasaanku hari ini?” atau “Apa yang aku butuhkan sekarang?” Nggak perlu langsung punya jawaban yang sempurna.
Cukup dengan memberi perhatian pada diri sendiri, kamu sudah memulai perjalanan yang bermakna ini.
Koneksi dengan Orang Lain: Memperkaya Kepribadian Sosial
Manusia itu makhluk sosial. Setuju kan ya?
Kita nggak bisa hidup sendirian. Sejak zaman prasejarah, kelangsungan hidup kita bergantung pada kerja sama dan ikatan sosial. Hari ini pun, prinsip itu masih berlaku. Hubungan yang kuat nggak cuma kasih kita rasa aman dan dimiliki, tapi juga bisa bikin kita berkembang.
Hubungan dengan orang lain bisa membentuk kepribadian sosial kita. Kita belajar empati, kerja sama, dan cara menghadapi konflik. Sebuah penelitian yang dimuat di Journal of Experimental Social Psychology (2025) bahkan menunjukkan bahwa punya koneksi yang suportif bisa mengubah cara kita memandang tantangan.
Dalam studi itu, partisipan yang ditemani teman saat diminta memperkirakan kemiringan bukit merasa bukit itu nggak terlalu curam. Hebatnya, orang yang cuma membayangkan teman suportif mereka juga merasakan hal yang sama. Ini menunjukkan bahwa kualitas hubungan kamu sangat penting dalam menghadapi kesulitan hidup.
Studi dari Frontiers in Psychology juga menemukan bahwa flourishing sangat terkait dengan pro-sosialitas, yaitu kecenderungan untuk peduli dan bertindak positif terhadap orang lain. Saat kamu berbuat baik, kamu cenderung mendapatkan respons positif juga.
Ini seperti siklus yang saling menguntungkan. Memberikan dukungan, mendengarkan dengan sepenuh hati, dan berbagi kebahagiaan bisa memperkaya hidup kamu dan juga orang lain di sekitar kamu.
Untuk memperkuat koneksi ini, coba deh lebih aktif dalam interaksi sosial. Kamu bisa bergabung dengan komunitas hobi, menjadi relawan, atau sekadar lebih sering menelepon teman lama.
Kualitas itu lebih penting dari kuantitas. Nggak perlu punya ribuan teman, yang penting adalah punya beberapa hubungan yang tulus dan saling mendukung.
Koneksi dengan Alam: Memperluas Perspektif Hidup
Koneksi dengan alam mungkin sering kita lupakan, padahal punya peran yang unik dan nggak bisa dianggap remeh dalam kesejahteraan kepribadian kita.
Menghabiskan waktu di alam bisa mengurangi stres dan memperbaiki mood. Rasanya seperti ada sesuatu yang lebih besar dari diri kita, ya? Alam bisa kasih kita inspirasi, tempat rekreasi, dan bahkan makna spiritual.
Sebuah ulasan sistematis yang dipublikasikan dalam Science Advances (2025) menyoroti bagaimana alam memengaruhi kesejahteraan kita melalui “Layanan Ekosistem Budaya” atau Cultural Ecosystem Services (CESs).
CESs ini termasuk manfaat non-material dari alam, seperti kepuasan hidup, keseimbangan emosional, dan rasa memiliki.
Manfaat ini sering kali saling menguatkan satu sama lain. Misalnya, ketenangan yang kamu dapatkan saat sendirian di hutan bisa berbeda dari kebahagiaan saat hiking bareng teman.
Walaupun studi Frontiers in Psychology menunjukkan koneksi dengan alam bukan prediktor flourishing yang paling kuat dibandingkan koneksi diri dan sosial, itu tetap punya peran penting.
Alam bisa menumbuhkan cinta diri dengan cara kasih kita ruang untuk refleksi, dan juga melengkapi pertumbuhan yang kamu dapatkan dari hubungan dengan orang lain.
Gimana cara kamu bisa terhubung dengan alam? Nggak harus selalu ke gunung atau pantai, kok. Kamu bisa mulai dari hal sederhana. Coba berjalan kaki di taman, menanam tanaman di pot kecil, atau sekadar duduk di halaman rumah dan merasakan angin sepoi-sepoi.
Dengan menyadari keberadaan alam di sekitar kamu, kamu bisa merasa lebih damai dan seimbang.
Nurturing Koneksi untuk Mencapai Kesejahteraan Holistik Setelah tahu pentingnya tiga jenis koneksi ini, langkah selanjutnya adalah menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Nggak perlu langsung melakukan perubahan besar.
Cukup dengan menyadari dan menghargai setiap koneksi yang sudah kamu miliki, itu sudah cukup untuk memulai.
Coba ambil waktu sebentar setiap hari untuk mengenali koneksi kamu. Kamu bisa mulai dengan senyum ke diri sendiri di cermin, memperhatikan keindahan matahari terbenam, atau mengirim pesan singkat ke teman lama. Tindakan kecil ini lama-kelamaan akan menumpuk dan menjadi fondasi yang kokoh untuk kesejahteraan kepribadian yang sejati.
Dengan menjaga ketiga koneksi ini—dengan diri sendiri, dengan orang lain, dan dengan alam—kamu nggak cuma memperpanjang hari-hari hidupmu, tapi juga membuatnya terasa lebih kaya dan bermakna.
Jadi, apa yang bakal kamu lakuin hari ini untuk memperkuat koneksimu?
Referensi: Páez, F., Gómez-Baya, M. I., & Gutiérrez-Pérez, I. (2023). Self-Love and Prosociality: Their Connection to Flourishing. Frontiers in Psychology, 14, 1147573. https://doi.org/10.3389/fpsyg.2023.1147573
Snyder, S. M., & Johnson, D. (2023). A Conceptual Framework for Self-Love. The Humanistic Psychologist, 51(3), 329-348. https://doi.org/10.1037/hum0000305
Schnall, S., Harvie, K., & Jones, I. (2008). Self-love and prosociality: The role of connectedness. Journal of Experimental Social Psychology, 44(6), 1636-1640. https://doi.org/10.1016/j.jesp.2008.06.002
Engels, B., & van den Berg, M. (2020). Cultural ecosystem services and human well-being: A systematic review. Science Advances, 6(39), eaba4379. https://doi.org/10.1126/sciadv.aba4379